Tulisan Lepas: Moh. Khoiron*
Opini (wartanu.online) - Proses pergantian kepimpinan/sistem Pemerintahan di Indonesia, mulai tahun 1998, dari era rezim otoriter menuju era reformasi , mengalami banyak tragedi yang hampir membuat bangsa ini mengalami perang saudara.
Suasana saat demo pasukan berani saat itu mereka siap mati membela Gus Dur. (FC/Google) |
Salah satunya adalah, peristiwa politik pelengseran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari tampuk kursi Presiden pada tahun 2001.
Dimana pada saat itu, warga NU yang tidak terima dan ingin membela cucu Hadratusyaikh KH Hasyim Asy'ari tersebut.
Warga NU menganggap, pelengseran Gus Dur tidak berdasar dan merupakan kudeta yang dilakukan oleh para elit politik yang ingin merebut kekuasaan melalui sidang istimewa MPR yang dipimpin oleh Amien Rais.
Akibat gejolak politik tersebut, sejumlah elemen pendukung Gus Dur, mulai dari Tokoh Pondok Pesantren, aktivis LSM, hingga Lembaga di struktural NU menggalang kekuatan dan siap menjadi martir untuk mempertahankan Gus Dur menjadi Presiden.
Bahkan, pada saat itu, banyak tokoh sudah melakukan konsolidasi dengan membentuk *PASUKAN BERANI MATI*.
*PASUKAN BERANI MATI* kala itu ini menyebar didaerah-daerah, terutama di basis-basis NU.
Mereka menyatakan siap ke Jakarta untuk melindungi Gus Dur di Istana.
Menurut cerita dari berbagai sumber, bahwa sejumlah pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah mengerahkan para santrinya untuk datang ke Jakarta.
*RESPON GUS DUR MENDENGAR ADA PASUKAN BERANI MATI YANG INGIN MEMBELANYA*
Lalu apa respon, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendengar adanya masa *Pasukan Berani Mati* yang siap-siap datang ke Jakarta untuk membelanya.
Beliau kemudian mengutus sejumlah Tokoh/Ulama untuk datang ke daerah-daerah/pesantren untuk meminta warga NU menahan diri untuk datang ke Jakarta.
Sebab beliau tidak ingin terjadi perang suadara antar anak bangsa. Baginya, untuk mempertahankan jabatan tidak perlu harus meneteskan darah rakyatnya.
Permintaan Gus Dur-pun dipatuhi oleh pendukungnya. Akhirnya mereka tidak jadi datang ke Jakarta.
Dan kekhawatiran akan perang saudarapun tidak terjadi. Meski dalam drama politik tersebut Gus Dur akhirnya dijatuhkan juga.
Moh. Khoiron (doc.wartanu.online) |
* Penulis praktisi media, pendiri Media Politik Gresik Grup FB, saat ini sedang menyiapkan karya sebuah buku dan menyelesaikan S2 di perguruan ternama Surabaya.