Tulisan Lepas: Ah.Yani Elbanis*
Opini (wartanu.online) - Hari ini pemerintahan Gresik Baru dibawah kepemimpinan Bupati H. Fandi Akhmad Yani dan Wabup Hj. Aminatun Habibah, sudah berjalan satu tahun dari sejak dilantik oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, 26 Februari 2021 di Gedung Grahadi Surabaya.
Dari rekam jejak digital didapati 9 Program Nawakarsa NIAT singkatan dari pasangan Fandi Akhmad Yani-Aminatun Habibah (Bupati dan Wakil Bupati Gresik), maka saat kampanye Pilkada lalu gencar disosialisasikan untuk kemenangan Pasangan Niat.
Tingkat kepuasan respon masyarakat atas kinerja Gresik Baru dalam perjalanan setahun ini cukup variatif, ada yang puas juga sebaliknya tapi masih sebatas wajar menjadi kritik masukan agar pemerintahannya berjalan sesuai yang ditagline-kan, "Perubahan Gresik Baru".
Memang tidak sedikit menjadi kendalanya dalam merealisasikan menjalankan programnya, akibat terdera covid 19 dan Omicron saat ini menjadikan hampir semua pemerintahan daerah terseok-seok menghadapinya, namun mereka berusaha kerja keras tancap gas, untuk mencapai target harapan masyarakat dengan segala perubahan yang dijanjikan.
Sepanjang setahun ini catatan penulis dari birokrasi Pemkab Gresik misalnya sudah ada kemajuan soal pengisian jabatan dilakukan terbuka, yaitu melalui proses seleksi atau lelang yang bisa diikuti pejabat di lingkungan Pemkab Gresik secara terbuka merupakan langkah maju, hal ini sebagai Komitmen Pasangan NIAT agar tidak terjadi KKN dalam mewujudkan pemerintahan bersih dan transparan melibatkan keikutsertaan publik bersama-sama membangun Gresik Baru yang bisa dirasakan perubahan oleh warga Gresik, seperti rekruitmen Jabatan Direksi Perumda Tirta Giri (PDAM) Gresik dilakukan seleksi terbuka, ini cukup langkah maju dilakukan Bupati Fandi Akhmad Yani yang sebelumnya bertindak tegas mengeluarkan kebijakan menonaktifkan jajaran direksi PDAM karena hasil temuan audit Inspektorat, terkait penyertaan modal Rp. 25 milyar tahun 2000-2021 tidak sesuai peruntukannya.
Di samping itu hal lain menjadi catatan yaitu pengurusan ijin harus memberikan kemudahan bagi pengusaha pribumi, terutama mereka yang investasi real estate atau pengembangan perumahan dalam ijinnya tidak dipersulit misalnya berkaitan dengan ijin Piel Banjir yang seharusnya menyangkut Kajian Piel Banjir dibebaskan bukan dari Kajian Konsultan internal Dinas PU, karena pengusaha sudah punya ahli teknik untuk menghindari kajian CopyPaste.
Artinya memberikan kelonggaran putra daerah untuk menunjukkan keseriusannya membantu Gresik, sehingga jika masih mempermasalahkan terus kapan majune Gresik? . Sampai kapanpun bila tidak memberikan kemudahan pengusaha asal Gresik maka akan sulit mewujudkan perubahan Gresik, karena yang tahu seluk beluk dan paham akan Gresik adalah mereka dari Gresik yang punya kompeten sebagai pengusaha profesional bidang real estate yang paham Gresiknya Gresik.
Kemudian dengan ketenagakerjaan, Pemimpin Gresik dalam hal ini Bupati dan Wabup Gresik karena banyaknya industri pabrik bahkan terbesar di Jawa Timur harus jemput bola memprioritaskan warga pengangguran Gresik, terutama dengan keberadaan Pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) tembaga milik PT Freeport Indonesia di Kabupaten Gresik, yang kemarin kemarin digroundbreaking oleh Presiden Joko Widodo dan Airlangga Hartarto Menteri Koordinator Perekonomian maka perlu mampu menyerap tenaga kerja dari warga Gresi, karena masih banyak pengangguran juga menjadikan sebagai target salah satu untuk penurunan angka kemiskinan di Gresik, yaitu dengan memberikan akses mempekerjakan di perusahaan baru tersebut, agar warga Gresik berdaya dan sejahtera mengingat jumlah yang dibutuhkan tenaga kerja di Pabrik Pemurnian Tembaga Smelter Gresik ini membutuhkan sedikitnya 300 ribu tenaga baru, dengan kata lain ratusan ribu tenaga kerja itu secara nasional sehingga perlu terobosan Pemerintahan Daerah Gresik membuat Perda (Peraturan Daerah) khusus untuk ketenagakerjaan yang bermanfaat dan memprioritaskan warga Gresik bisa bekerja di pabrik baru tersebut.
Bukankah di Gresik dulu ada PT Semen Gresik diresmikan Presiden RI pertama Bung Karno (Soekarno), sekarang sudah habis bahan bakunya kemudian dirubah menjadi PT Semen Indonesia lalu dipindah ke Tuban masih menyisakan pertanyaan besar?. Yaitu berkaitan pemberdayaan ketenagakerjaan dari warga Gresik belum sepenuhnya terpenuhi hingga sampai PT Semen Gresik saat ini hanya tinggal kenangan, sedangkan kesejahteraan warga Gresik masih jauh dari harapan karena justru yang berdaya dan sejahtera itu adalah orang-orang segelintir yang menikmatinya dan kebanyakan masih dari luar Gresik, maka tentu agar warga Gresik bisa sejahterah berdaya guna dalam ketenagakerjaan selain mereka juga harus menyiapkan diri SDM-nya juga perlu support ruang gerak mereka dalam bentuk Pemerintahan Daerah, yakni membuatkan regulasinya semacam Perda untuk payung warga Gresik supaya mereka diikutkan dalam perubahan ketenagakerjaan dan investasi perubahan Gresik yang mungkin 10 atau 20 tahun lagi Gresik sudah menjadi pusat perekonomian dunia dalam tambang emas dari Freeport, maka ini bila tidak ada upaya dari Pemerintahan Daerah Gresik memberdayakan warganya bisa jadi nanti mereka hanya menjadi penonton dan bukan pelaku ketenagakerjaan dan usaha-usaha yang bisa memajukan Gresik Perubahan.
Demikian juga dengan kemaritiman -kepapeanan-kepelabuhan sudah waktunya Gresik berdaya sejahtera dalam ekonomi kerakyatan, artinya Gresik punya pelabuhan yang selama ini hanya dikelola pusat dan Gresik perlu mengkomunikasilan kembali dalam memanfaatkan ekonomi di pelabuhan.
Pemerintahan Daerah Gresik, perlu membuatkan BUMD bidang Kepabeanan dan Pelabuhan dengan inisiatif memanfaatkan peluang dari Pusat untuk Gresik dikelola dengan baik secara profesional dan proporsional dengan mencari terobosan terobosan yang bisa meningkatkan PAD atau pendapatan Gresik, kalau Gresik tidak punya sumber gas saja bisa membuat BUMD Migas maka Gresik punya pelabuhan kenapa ini tidak dimanfaatkan dengan membuatkan BUMD Kepabeanan dan Pelabuhan?.
Disamping itu perlu juga target penyelesaian penanganan Kali Lamong agar tidak menjadi momok setiap musim hujan terjadi banjir, juga perlunya pengembangan dan memajukan sektor wisata yang ada di pulau Bawean serta terus melakukan inovasi dan kreativitas BUMDes wisata yang hampir di tiap kecamatan, mempunyai potensi desa wisata tentu perlu sentuhan dingin pemimpin Gresik Baru agar bisa bersama-sama dalam mewujudkan menuju Gresik Perubahan yang menjadi harapan warga Gresik.
Selain itu penting juga pemerataan pembangunan Gresik Selatan agar Perubahan Gresik tidak hanya "Utopia" terjadi di kota saja atau pun titik tertentu di Gresik. Maka disinilah pentingnya sinergitas kebersamaan dalam membangun Gresik dari semua pihak, terutama dari Partai Politik baik yang dulu saat Pilkada (PKB dan Gerindra) tidak mendukung NIAT ataupun Partai Politik ( Partai Nasdem, PDI-P, Golkar, PAN, PPP, Partai Demokrat, PKS) yang mengusung kemenangan Pasangan NIAT serta Tim Sukses NIAT mereka harus bisa bekerjasama yang baik demi kepentingan Gresik untuk terus mengawal Bupati Gresik dan Wabup Gresik, agar supaya berhasil dan sukses gemilang dalam bekerja keras cerdas menjalankan Program Gresik Perubahan.
*Penulis Jurnalis Gresik bersertifikat UKW (Uji Kompeten Wartawan) Tingkat Madya.