Membangkitkan Ika Uinsa Mati Suri, Jelang Muktamar II

Catatan: Ahmad Yani Elbanis*

Opini (wartanu.online) - Eksistensi organisasi alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya yang tergabung dalam Ika Uinsa sudah lama mati suri, bahkan 'wujuduhu kaadamihi' sejak didirikan praktis tidak ada kegiatan yang bersifat kolosal go publik. Padahal ribuan alumninya tersebar di seluruh pelosok NUsantara dan banyak memiliki potensi, tapi sayangnya belum tersalurkan secara memadai terlaksana melalui sistem program konkret keorganisasian Ika Uinsa. 

Ketua Korda Ika Uinsa Gresik: Ahmad Yani Elbanis
Kampus Uinsa yang dulu dikenal IAIN Sunan Ampel Surabaya diakui atau tidak sudah banyak menelorkan ribuan sarjana di berbagai disiplin ilmu. Dari universitas islam ini pula lahir sejumlah tokoh nasional dan cendekiawan yang membanggakan almamater dan nama Islam mulai dari jadi pemimpin, pejabat dan pengusaha serta ulama/kyai dan ustadz serta para alumninya juga sampai berperan aktif di berbagai bidang terutama di Jawa Timur mereka hampir di tiap daerah kabupaten/kota banyak yang sudah menjadi orang parlente berhasil dan sukses.

Berdirinya kampus ini dengan pengesahan SK Menteri Agama Nomor 20/1965 tentang Pendirian IAIN Sunan Ampel yang berkedudukan di Surabaya, sebelumnya pada akhir dekade 1950 beberapa tokoh masyarakat Muslim Jawa Timur mengajukan gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi agama Islam (IAIN Sunan Ampel) yang bernaung di bawah Departemen Agama. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, mereka menyelenggarakan pertemuan di Jombang pada tahun 1961, dari para tokoh itu diantaranya ada yang sampai dengan tirakat dan riyadhoh yaitu para ulama dan kyai, mereka berfikir jauh kedepan sebuah kampus yang di dalamnya menjadi taman menimba tidak hanya ilmu tentang agama tetapi juga ilmu keduaniaan--maka saat ada perubahan nama dari IAIN menjadi UINSA berdasarkan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2013 tanggal 2 Oktober 2013--sempat ada semacam kekhawatiran kampus akan menjadi sekuler dengan pendidikan ala barat yang mengesampingkan keagamaan--meskipun kekhawatiran itu masih perlu kajian dan penelitian mendalam--tetapi penulis bukan bermaksud membahasnya disini--biar menjadi pemikiran tersendiri dari sisi barokah menuntut ilmu alumni saat masih IAIN Sunan Ampel Surabaya dibandingkan dengan alumni saat ini sudah berganti UINSA.

Kembali dengan keberadaan organisasi Ika Uinsa, maka perlu membangkitkan atau revitalisasi bagaimana organisasi ini bisa gaung menggeliat dan bergerak melalui program nyata yang bisa dirasakan alumni maupun masyarakat dalam berbagai bidang, sosial agama dan politik budaya serta kebangsaan apalagi di eral milenial seperti sekarang ini, terutama dengan kondisi masalah radikalisme dan intoleransi serta kesadaran generasi muda dengan Pancasila sebagai ideologi negara sangat memprihatinkan, sehingga perlu upaya organisasi Ika Uinsa untuk ikut berkiprah melalui program konkret dalam turut menjaga keutuhan NKRI.

Berikut ini yang perlu dilakukan apabila ingin menjadikan eksis Ika Uinsa, yaitu melalui momen Muktamar ke-2 Ika Uinsa pada 25-26 Maret 2022 selain untuk memilih Ketua Umum (Ketum) menggantikan H. Imam Nahrawi karena sudah habis masa kepengurusannya, maka juga agar organisasi ini mengalami penyegaran struktural keorganisasian dan bisa menjalankan program konkret yang berkemanfaatan dalam menunjang manifestasi dari visi dan misi Uinsa kedalam kancah masyarakat.

Pertama, Muktamar ke- 2 Ika Uinsa jadikan sebagai ajang bukan hanya sekedar temu alumni, tetapi rekonsolidasi organisasi selain memilih Ketum baru juga membuat program konkret baik menggali potensi internal organisasi juga eksternal organisasi yang bersifat pengembangan alumni di berbagai sektor bidang, terutama menyangkut masalah kebangsaan berkaitan dengan issu-issu nasionalisme dan ke-Pancasila-an yang akhir akhir ini sangat memprihatinkan dengan adanya gerakan-gerakan Intoleransi dan Radikalisme, hal ini sangat urgen mengingat Uinsa dengan ribuan alumni mempunyai potensi dalam pengembangan kemasyarakatan sosial untuk berkiprah merekat tali kebangsaan dalam bersama menjaga keutuhan NKRI.

Kedua, Muktamar 2 Ika Uinsa momen untuk evaluasi struktur organisasi disesuaikan dengan perkembangan zaman, terutama era milenial dengan kecanggihan dunia medsos harus dirubah manajemen organisasi yang bisa menyesuaikan kebutuhan zaman yaitu cara kerja organisasi dengan  serba cepat tidak manual baik dalam pendataan alumni, maupun kemampuan dalam menjaring potensi-potensi alumni dengan berbagai sektor untuk diorganisasi secara modern sistim data base yang jelas dan program yang membumi bisa dirasakan masyarakat, agar organisasi ini tidak jalan di tempat merasa besar di kandang tapi kecil berada di luar kandang.

Ketiga, Muktamar ke 2 Ika Uinsa bisa sebagai wahana dan sarana dalam menampung ribuan alumni yang tersebar di seluruh NUsantara, yaitu dari mereka ada yang sudah sukses dan ada pula yang tidak sukses banyak juga yang menjadi pengangguran maka dengan melalui Muktamar ini perlu kiranya membuat program terobosan baru yakni bagaimana memberikan peluang pekerjaan, tentu hal ini memang tidak mudah namun harus diupayakan mengingat alumni Uinsa salah satunya ada yang Menjadi Menteri Tenaga Kerja (Menaker) yaitu Hj. Ida Fauziyah juga dari para alumni ada yang menjadi Bupati, DPRD dan banyak pengusaha serta pekerja profesional diharapkan nantinya dalam Ika Uinsa bersama-sama memikirkan mereka dengan membuat program terobosan yang bisa disinergikan dengan Kementrian Tenaga Kerja.

Keempat, Muktamar ke 2 Ika Uinsa perlu membuat program pusat kegiatan organisasi, yaitu tempat kesekretariatan sebagai sentral informasi konsolidasi internal organisasi, menjadikan kantor Ika Uinsa selain sebagai rumah organisasi juga menjadi rujukan para alumni terutama Korda dan Korwil se Indonesia, selama ini belum ada markas yang bisa dijadikan sebagai jujukan mereka dalam melakukan Konsolidasi organisasi, padahal sebuah organisasi itu akan bisa hidup dan terlihat eksisnya harus punya kantor yang jelas di Pusat Jakarta kalau tidak bisa maka Surabaya menjadi sentral pusat kantor organisasi.

Kelima, Muktamar ke 2 Ika Uinsa-- untuk bisa eksis penataan internal organisasi---maka selain kemampuan pemimpin dalam hal ini seorang Ketum, juga dibutuhkan sosok atau figur Sekretaris Jenderal (Sekjen) yang punya kemampuan manajerial membantu Ketua Umum (Ketum) dalam menjalankan organisasi terutama mengkomunikasikan dan kordinasikan antar Korda dan Korwil se Indonesia melalui program-program jelas sehingga mereka tidak jalan sendiri-sendiri, apalagi saat menjelang Muktamar ini kesulitan melakukan kordinasi dan konsolidasi dengan Korda dan Korwil serta para pengurusnya karena tidak mempunyai data base manajemen administrasi keorganisasian.

Akhirnya, dengan adanya Muktamar ke-2 Ika Uinsa ini, semoga bisa menjadikan organisasi ini bangkit dari kevakuman dan stagnanisasi organisasi kembali bisa bergerak dan maju, dengan memilih Ketum dan Sekjen baru dengan program-program organisasi yang sesuai kebutuhan dan tuntutan perubahan zaman. Selamat dan sukses!.

*Penulis Ketua Korda Ika Uinsa Gresik

youtube