Kajian Ratib Al Aydrus, Al Atthas dan Al Haddad: Memudahkan Dzikir dan Sholawat Nabi

Tulisan Lepas: Ahyan Elbanis*

Opini, wartanu.online | Kajian Ratib memang menggugah selera untuk mengupas tuntas kandungan yang berisikan dzikir, baik dari Nabi Muhammad Sholallahu 'Alaihi Wasalam maupun diambil dari ayat-ayat Al Qur'an.

Ratib disusun oleh para wali Allah memudahkan umat Islam dalam berdzikir atau bersholawat kepada Nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wasalam dengan sanad dan keshahihan riwayat yang bisa dipertanggungjawabkan pengamalannnya.

Istilah Ratib diambil dari kata *Rotaba Yartubu Rotban Rutuuban atau Tarottaba Yatarottabu Tarottuban*, yang berarti tetap atau tidak bergerak. Jadi kata Ratib menurut Lughot (bahasa) artinya kokoh atau yang tetap. Sedangkan menurut istilah, Ratib diambil dari kata *Tartiibul-Harsi Lil-Himaayah* ( penjagaan secara rutin untuk melindungi sesuatu atau seseorang ). Apabila disebuah tempat ada bala tentara yang berjaga guna melindungi masyarakat, maka mereka disebut Rutbah, dan jika yang berjaga satu orang maka disebut Ratib, para ulama berpendapat makna Ratib adalah kumpulan atau himpunan ayat-ayat Al-qur’an dan untaian kalimat-kalimat dzikir yang lazim diamalkan atau dibaca secara berulang-ulang sebagai salah satu cara untuk bertaqorrub (mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Ada beberapa macam ratib yaitu Ratib Alaydrus al-Akbar Ratib ini paling tertua, dirangkai oleh Habib Abdullah bin Abu Bakar Alaydrus dari berbagai ayat Al-Qur’an dan kalimat-kalimat dzikir yang muktabar dari Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasalam. Bertujuan untuk memohon penguatan tauhid dan keimanan pembacanya serta untuk kemurahan rezeki.

Ratib Alaydrus Al-‘Adni yang disusun oleh putra Habib Abdullah Alaydrus, yakni Habib Abu Bakar Al-‘Adni Alaydrus sebagai permohonan datangnya hujan. Asbabul wurud ratib kedua ini adalah kemarau panjang yang melanda Yaman Selatan.

Kemudian menyusul Ratib Al-Aththas muncul di era maraknya praktik sihir dan perdukunan, sehingga komposisinya pun lebih ke arah perlindungan diri dari godaan setan, jin, dan sebangsanya, yang dikirim oleh para dukun, juga munajat dipanjangkan umur, husnul khatimah dalam ketetapan iman. Demikian juga dengan Ratib Al-Haddad muncul pada saat daerah shahibur ratib, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, tengah dilanda banyak kerusuhan, perampokan, dan peperangan. Karena itu Habib Abdullah Al-Haddad menyusun sebuah rangkaian doa mohon keselamatan yang kini dikenal dengan Ratib Al-Haddad. Ratib Al-Haddad memang lebih dulu dibawa ke Indonesia, karena saat itu timing-nya tepat, yakni masa penjajahan. Di mana-mana terjadi kerusuhan, pembakaran, bahkan pembunuhan.

Namun baik Habib Umar bin Abdirrahman Al Atthas shohibul Ratib Al Athos juga Habib Alwi Al Haddad shohibul ratib Al Haddad, keduanya sangat menghargai karya Habib Al Aydrus (Al Habib Abdullah bin Abu Bakar Alydrus Al-Akbar, Lahir -Tarim –Hadramaut-Yaman,10 Dzulhijah 811 – 865 H / 1391 – 1445 M ) yang lebih mengawali menyusun Ratib yaitu Ratib Al Aydrus, maka sangat tepat bila kemudian baik di Ratib Al Athos ataupun Ratib Al Haddad keduanya mencantumkan lafal do'a yang ada di Ratib Al Aydrus yaitu do'anya Nabi Khidir 'alaihi as-Salam; "Ya lathifan bi kholqihi Ya 'aliman bi kholqihi Ya Khobiron bi kholqihi ulthuf bina Ya lathif Ya 'alim Ya khobir".

Kajian ratib perlu untuk terus dikaji dan diamalkan melalui sarahnya masing-masing ratib tersebut (Al Qirthos syarah Ratib Al Athos dan Ukazatul Ma'ad syarah Ratib Al Haddad), selain dari tiga ratib yang banyak diamalkan ini juga didapati Ratib Al Kubro disusun Sayyid Al Imam Al Habib Thoha bin Hasan bin Yahya (diijazahkan oleh Habib Luthfi bin 'Ali bin Hasyim bin Yahya Pekalongan, Jawa Tengah).

Dari keempat Ratib tersebut mempunyai keterkaitan dalam pengamalannya, antara satu Ratib dengan Ratib lainnya menjadikan seseorang lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai dzikir atau pun sholawat kepada Nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wasalam, maka bagi pengamal sejati Ratib tidak akan mempertentangkan satu sama lain Ratib, karena hakekatnya dalam mengamalkannya tujuannya sama yakni bagaimana bertaqorrub atau mendekatkan diri kepada Allah melalui dzikir dan sholawat yang terkandung di dalam ratib-ratib tersebut dengan berbagai fadhilah dan keutamaannya yang menjadi hajat dari masing-masing pengamal Ratib.

Keberadaan ratib-ratib tersebut sangat populer diamalkan umat Islam di Indonesia, terutama warga Nahdliyin (NU) mereka sudah tidak asing bahkan dijadikan amalan khusus untuk berbagai macam kegiatan dan hajatnya juga sebagai perekat hubungan sosial kerukunan dan kebersamaan dalam berorganisasi Jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU) selain amalan Istighotsah, Yasinan Tahlil dan Sholawatan Al Barzanzi (Syaikh Ja’far Al-Barzanji) dan Simthud Duror (Al Habib Ali Bin Muhammad Al Habsyi).

*Pecinta Ratib Al Aydrus, Al Atthas dan Al Haddad

youtube